Senin, 23 April 2012

Pengertian B2B dan B2C

B2B ( Bussines to Bussines )

B2B adalah transaksi secara elektronik antara entitas atau obyek bisnis yang satu ke obyek bisnis lainnya, dapat disimpulkan B2B adalah :
  • Disebut juga transaksi antar perusahaan
  • Transaksinya menggunakan EDI dan email untuk pembelian barang dan jasa, informasi & konsultasi
  • Digunakan untuk pengiriman dan permintaan proposal bisnis.
keterangan :

EDI - singkatan dari Electronic Data Interchange sebenarnya adalah sebuah metode pertukaran dokumen bisnis antar aplikasi komputer - antar perusahaan/instansi secara elektronis dengan menggunakan format standar yang telah disepakati.

B2C (Bussines to Consument )adalah kegiatan E-businesses dalam pelayanan secara langsung kepada konsumen melalui barang atau jasa. Dengan penjualan langsung di internet dan pemesanan dapat langsung dilakukan oleh konsumen karena biaya sudah tercantum. kelebihan dari B2c adalah sebagai berikut :
  • Disebut dengan transaksi pasar
  • Konsumen m’pelajari produk yang ditawarkan melalui publikasi
  • Membeli dengan electronic cash & sistem secure payment
  • Memintaagar barang dikirimkan
source : (http://k-dew.blogspot.com)

Investasi waktu

Bayangkan ada sebuah bank dermawan yang setiap pagi memberi Anda uang sejumlah Rp. 86.400,00. Semua uang itu harus Anda gunakan, dan pada malam hari bank akan menghapus sisa uang yang tidak Anda gunakan selama sehari. Coba tebak, apa yang Anda lakukan? Tentu saja Anda akan menghabiskan semua uang itu.
Setiap hari kita memiliki bank seperti itu. Bank tersebut bernama waktu. Setiap pagi ia akan memberikan kepada Anda 86.400 detik. Pada malam harinya ia akan menghapus sisa waktu yang tidak Anda gunakan untuk tujuan baik. Karena ia tidak memberikan sisa waktu kepada Anda, ia juga tidak memberikan waktu tambahan. Setiap hari ia akan selalu membuka rekening baru untuk Anda.
Setiap malam ia akan menghanguskan semua yang tersisa. Jika Anda tidak menggunakannya, kerugian akan menimpa Anda. Anda tidak bisa menariknya kembali.
Juga Anda tidak bisa meminta “uang muka” untuk keesokan hari. Anda harus hidup di dalam simpanan hari ini.
Karena itu, Investasikan waktu untuk kesehatan, kebahagiaan, dan kesuksesan Anda. Jam terus berdetak, gunakan waktu Anda sebaik-baiknya dengan penuh disiplin.
time-management
Agar tahu pentingnya waktu setahun,
Tanyakan pada murid yang tidak naik kelas.

Agar tahu pentingnya waktu sebulan,
Tanyakan pada ibu yang melahirkan bayi premature.

Agar tahu pentingnya waktu seminggu,
Tanyakan pada editor majalah mingguan.
Agar tahu pentingnya waktu sejam,
Tanyakan pada kekasih yang sedang menunggu.

Agar tahu pentingnya waktu semenit
Tanyakan pada orang yang ketinggalan pesawat.

Agar tahu pentingnya waktu sedetik,
Tanyakan pada orang yang baru saja terhindar dari kecelakaan.

Agar tahu pentingnya waktu semilidetik,
Tanyakan pada peraih medali perak olimpiade.
Renungan :
Hargai setiap waktu dan miliki disiplin terhadap waktu yang Anda miliki. Ingatlah waktu tidak akan pernah menunggu Anda.
Kita harus sadar bahwa waktu merupakan salah satu pemberian Tuhan yang harganya sangat mahal dan luar biasa. Orang tak akan mungkin bisa membeli waktu berapa pun ia sanggup untuk membayarnya.
Mungkin Anda pernah mendengar pepatah, “Time is Money.” Waktu adalah uang. Padahal waktu adalah kehidupan, waktu adalah kesempatan, dan waktu adalah kesempatan untuk hidup (Time is Life, Time is a chance, Time is a life chance).

Bisnis dan Impian

Saat mengenang perjalanan hidup, aku melihat banyak persimpangan yang telah kulewati. Kesempatan memilih arah baru membuatku maju ke depan dan bukan berhenti. Ini memberiku kesempatan melihat pandangan baru dan menerima kehidupan yang telah idianugerahkan padaku, walaupun banyak tantangan yang harus kuhadapi. Sekarang akau mengenali dengan jelas bagaimana jalan yang kau pilih menuntunku pada kehidupan yang sekarang. (Amilya Antonetti)
Kau memiliki jiwa yang kuat dan kau memiliki kehidupan yang hebat bila kau tidak lemah. Tapi bila kau menemui titik terendah dalam hidupmu, setidaknya belajarlah sesuatu ketika kau berada disana. (Amilya Antonetti)
Kita memiliki segala yang kita butuhkan
Untuk menciptakan kesuksesan yang kita impikan:
Tuhan yang menakjubkan, otak yang fenomenal,
Dan pikiran bawah sadar yang sangat luas dan kuat.
Itu hanyalah masalah bagaimana memusatkannya ke arah yang benar. (Marc Allen)
Bila kau percaya pada impianmu, jangan pernah menyerah. “Tidak”mungkin saja berarti ”tidak sekarang”atau”mungkin nanti”. Di dunia bisnis, “tidak” bukan suatu akhir-dan disitulah kesenangan sejatinya dimulai. (Assunta Ng)
Bila kau ingin sukses, kau harus bertanggung jawab seratus persen atas semua yang kau alami dalam hidupmu. Ini termasuk level keberhasilanmu, hasil yang kau dapat, kualitas hubunganmu, kondisi kesehatanmu,dan kekuatan fisikmu, penghasilanmu-semuanya! (Jack Canfield)
Untuk tujuan kewirausahaan, Jack Canfield telah memilih sepuluh prinsip :
1. Putuskan apa yang kau inginkan.
2. Lepaskan kekuatan cita-cita.
3. Lihatlah apa yang kau inginkan, dapatkan apa yang kau lihat.
4. Ambil tindakan.
5. Gunakan umpan balik untuk keuntunganmu.
6. Lakukan perbaikan yang konstan dan terus-menerus,
7. Lampaui pengharapan.
8. Tetaplah termotivasi dengan master.
9. Sewalah pelatih pribadi.
10. Buatlah kelompok mastermind untuk sukses.

Setiap Orang berbakat jadi pengusaha

Menjadi pengusaha adalah bakat. Begitu aksioma sebagian orang rentang profesi yang sangat menantang ini. Menjual adalah bakat, katanya. Benarkah demikian? Saya termasuk orang yang tidak terlalu mempercayai aksioma tersebut. Landasan berpikir saya adalah, coba kita renungkan bersama hal-hal sebagai berikut:
Pertama: Kita adalah pemenang dari 150 juta sperma.
Sperma sebanyak itu mati dan tak bisa memenangkan kompetisi mererebut ovum (sel pembuahan reproduksi wanita) kecuali satu sperma, yakni sperma yang kemudian menjadi kita seperti saat ini. Perjuangan sperma yang melelahkan, memakan waktu yang panjang, penuh halang rintang dengan proses yang berkelok dan berliku-liku.
Akhirnya perjuangan itu pemenangnya adalah kita yang sampai hari ini masih bisa menghirup udara yang gratis diberikan Allah untuk bekal hidup kita. Sebagai pemenang kompetisi melawan jutaan sperma, mestinya kita bangga dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam menatap kehidupan ini sebagai pengusaha.
Kita oleh Tuhan dibekali self confidence yang luar biasa hebatnya, terbukti mampu mengalahkan pesaing yang sangat luar biasa banyaknya. Namun kenapa semua itu tidak tumbuh subur dalam pribadi kita begitu kita menapaki kehidupan sebagai pengusaha di dunia ini? Adakah kita telah lupa dengan sejarah fitrah penciptaan kita? Apakah kita tidak mengambil hikmah atas sepenggal awal kejadian dalam kehidupan seorang manusia, termasuk kita, sehingga kita akhirnya menjadi manusia yang lupa atas fitrah kita, yang sesungguhnya semua itu merupakan modal kemandirian kita sebagai pengusaha?
entrepreneur
Image from: entrepreneursinjamaica.com
Jiwa pengusaha yang optimistik, penuh rasa percaya diri, kemampuan untuk mandiri, daya kreasi yang bebas dan kreatif, selalu ingin jadi juara, kemampuan berkompetisi, dll, semuanya adalah faktor dasar yang secara fitri sudah diberikan Allah kepada kita sejak masih berbentuk sperma, yaitu air yang hina, air yang disia-siakan dan air yang ‘tak berarti’.
Faktor-faktor fitrah manusia seperti itu sesungguhnya merupakan modal dasar setiap manusia untuk menjadi pengusaha. Sebab pengusaha memang haruslah memiliki kemampuan dasar seperti itu. Jadi secara fitrah manusia sesungguhnya diberikan Allah satu kemampuan untuk menjadi pengusaha yang sangat luar biasa.
Hanya masalahnya, kenapa kemudian setelah kita dewasa kita merasa tidak percaya diri untuk menjadi pengusaha? Coba kita renungkan kembali kenapa potensi dasar yang sangat luar biasa diberikan Allah untuk jadi pengusaha itu kok tidak berkembang, bahkan yang muncul dan berkembang dalam kepribadian kita adalah kepribadian yang inferior, rasa rendah diri, merasa tak mampu dan takut gagal jadi pengusaha? Bukankah kita sudah pernah menjadi pemenang dengan kompetisi jutaan kompetitor? Kenapa kita lupa kalau kita sesungguhnya diciptakan untuk menjadi pemenang sekaligus pengusaha ? Kenapa kita tak punya percaya diri untuk menjadi pengusaha dan menang dalam setiap kompetisi? Kenapa daya juang kita melemah padahal sesungguhnya kita dilahirkan sebagai seorang hero (pahlawan)? Saatnya kita mengintrospeksi diri, siapa sesungguhnya diri kita ini?

Kedua:
setelah kita lahir yang pertama kita lakukan adalah menangis.
Orangtua kita akan sedih dan menangis, kalau kita semua lahir tidak menangis. Tapi karena kita lahir menangis maka orangtua kita jadi senang.
Apa sesungguhnya makna ‘menangis’ ini dari kacamata pengusaha? Menangis sesungguhnya adalah merupakan aktivitas promosi. Ya, promosi! Kenapa begitu? Karena menangisnya anak kecil itu sesungguhnya upaya anak untuk mencari perhatian dari orangtuanya dan orang-orang lain di sekitar kehidupannya yang baru.
Artinya: Tangisan bayi telah berhasil menjadi aktivitas promosi yang sangat luar biasa efektif untuk memperkenalkan jati diri si bayi pada kurun selanjutnya dari kehidupannya. Dengan demikian, sejatinya sejak lahir kita sudah diberi kemampuan selling yang sangat luar biasa. Karena dengan tangisan sang bayi, akhirnya dia bisa menjual dirinya untuk dibeli dengan perhatian banyak orang di sekitar kehidupannya.
Ketiga: Lingkungan keluarga tidak mendukung tumbuh kembangnya jiwa pengusaha.
Ketika kita kecil orangtua kita menanamkan pendidikan kepada kita dengan pendidikan bukan sebagai calon pengusaha. Coba kita amati para orangtua mendidik anaknya bila si anak main pisau, main api, main martil, panjat pagar, naik pohon, naik genteng, mainan air, dan sebagainya. Apa yang dilakukan orangtua terhadap anaknya yang masih di bawah lima tahun usianya dan anak itu bermain api, air, pisau dsb itu?
Sebagai orang tua apabila kita melihat anak bermain seperti itu, hampir semua kita akan mengatakan, “Jangan! Jangan! Dan jangan!” Apa sesungguhnya yang terjadi dengan pendidikan, Jangan! Jangan! Dan jangan,” itu? Kita sedang berupaya mengecilkan upaya pertumbuhan otak kanan si anak. Peran otak kanan si anak sedang disusutkan lewat pendidikan, “Jangan! Jangan! Dan jangan,” itu. Otak kanan anak akhirnya menjadi mengecil dan jiwa pengusaha tak berkembang semestinya. Hasil dari proses pendidikan, “Jangan! Jangan! Dan jangan,” itu adalah kita menjadi penakut. Kita menjadi orang yang tidak memiliki rasa percaya diri yang cukup. Karena kita tidak memberikan ruang berkembang yang cukup ideal bagi otak kanan, maka akhirnya kini kita menjadi manusia dan bangsa inferior, kurang percaya diri dan tidak berani bersaing secara sehat sebagai pengusaha.
Padahal sesungguhnya pada otak kananlah emotional quation dan spiritual quotion tempatnya berada. Pada pendidikan berbasis otak kananlah sesungguhnya tumbuhnya kreatifitas dan inovasi seorang pengusaha. Imajinasi dan cita-cita calon pengusaha dibangun lewat otak kanan, yang kelak akan sangat berarti bagi kehidupannya membangun “hidup ini menjadi lebih hidup.” Pada otak kananlah perasaan kemanusiaan dibangunsuburkan.
Keempat: kita mengukur kesuksesan hidup secara linier.
Apa yang kita lakukan dengan pendidikan anak berbasis otak kanan? Kita hampir tidak memberikan ruang berkembang yang cukup ideal. Sebab pada kenyataannya banyak orang yang akhirnya mengukur kesuksesan anak bila di kelasnya rangking satu. Anak dinilai hebat, kalau nilai raportnya 9 atau 10, juara satu di kelas atau sekolahnya, dan lulus dengan cumlaude. Orang disebut hebat kalau dia pintar, bergelar sarjana, doktor atau professor. Kita menilai orang dari sisi nilai ijazah dan raport setiap semesternya. Benarkah demikian sesungguhnya dalam hidup ini?
Kelima: semasa masih kecil, orangtua dan keluarga juga menanamkan pendidikan tentang cita-cita anak bukan sebagai calon pengusaha.
Coba Anda amati orang-orang di sekitar kita ketika menanamkan apa cita-cita anak kalau besar nanti. “Apa cita-citamu kalau besar nanti?” Demikian kata mama suatu saat pada anaknya. Papanya juga menambahkan, “Mau jadi apa kalau besar nanti kamu nak?”
Apa yang diajarkan orangtua pada anaknya tentang cita-cita dan hidup masa depan anaknya? Hampir sebagian besar kita akan menggiring anak agar kalau besar nanti jadi pilot, jadi dokter, jadi insinyur, jadi presiden, jadi perawat, jadi guru, jadi polisi dan jadi tentara. Masih dalam kerangka pendidikan yang belum mengeluarkan biaya besar, kenapa kita tidak menanamkan jiwa dan semangat anak dengan memotivasi cita-citanya kelak menjadi pemilik pesawat? Kenapa kita tidak mengajarkan anak agar kelak besar menjadi pemilik rumah sakit? Kenapa kita hanya menempatkan anak dengan cita-cita “cukup sebagai pilot” cukup sebagai perawat dan dokter” dan tidak menjadi pemilik pesawatnya atau rumah sakitnya? Orangtuanya sendiri yang tidak memiliki kemampuan berpikir sebagai pengusaha.
Keenam: Ketika masih di bangku sekolah dasar, kita baru belajar menulis dan membaca, oleh guru diajari dengan pelajaran bukan sebagai pengusaha.
Kita di kelas diajarkan cara menulis dan membaca seperti ini, “Ini ibu Budi.” “Ibu Budi pergi ke pasar membeli roti.” Begitu seterusnya. Guru mengajari kita dengan pengetahuan dasar sebagai “pembeli”. Kenapa guru tidak mengajarkan kita dengan pelajaran menjadi pengusaha, “Ini ibu Budi.” “Ibu Budi pergi ke pasar berjualan roti.Pelajaran “berjualan” tidak diajarkan dan tidak ditanamkan kepada murid sedini mungkin. Sejak kecil kita diajari untuk menjadi orang yang konsumtif. Kita tidak diajarkan bekerja keras untuk meraih sesuatu. Dari sekolah dasar kita tidak diajari bagaimana bekerja dengan baik dan benar, namun selalu kita diajari untuk menjadi orang yang konsumtif, hedonism dan pragmatis.
Ketujuh: Sejak kelas 1 Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi usai, kita diajarkan menyelesaikan soal-soal setiap kita mau test dan ujian kenaikan kelas atau kelulusan dengan soal-soal yang oleh guru disuguhkan dalam format multiple choice.
Apa sesungguhnya yang sedang diajarkan oleh guru, dosen dan para ahli pendidikan kita itu dengan soal-soal yang multiple choice itu? Kita selalu setiap saat disuguhkan soal-soal seperti itu sesungguhnya kita sedang diproses dan dijadikan oleh guru-guru kita itu menjadi orang yang harus menyelesaikan setiap masalah itu dengan cara instan.
Soal-soal seperti itu dibuat oleh guru dengan alasan yang praktis dan pragmatis, yakni: agar dalam proses mengoreksinya lebih mudah. Apalagi dengan jumlah siswa yang banyak, mata pelajaran yang juga tidak sedikit, maka satu-satunya cara menyelesaikan kurikulum dengan cepat adalah dengan soal-soal multiple choice itu. Apa yang dihasilkan dari keinginan guru yang sekedar ingin praktis dan pragmatis?
Ternyata hasilnya adalah kehidupan yang praktis, pragmatis, instan dan tidak mau bersusah payah untuk meraih tujuan sesuatu yang diinginkan. Guru, dosen dan para ahli pendidikan negeri ini mengajarkan kehidupan yang pragmatis dan konsumtif, maka hasilnya kita menjadi orang yang sangat mengagungkan semua penyelesaian semua masalah ini dengan cara-cara yang pragmatis, instan dan tak mau bersusah payah, tidak mau antri, tidak mau sesuai dengan prosedur, bahkan beberapa hal kita sudah tidak peduli lagi dengan proses.
Kalaulah kemudian setelah dewasa, bangsa ini sudah setengah abad lebih merdeka, kita akhirnya tumbuh menjadi orang dan bangsa yang korup, halal haram tidak peduli, contek mencontek tidak masalah, plagiat memplagiat atau bajak membajak akhir-akhir ini merajalela di semua sektor bisnis, mendapatkan ijazah dan gelar kesarjanaan pun bisa dengan membeli, berbohong adalah biasa, mark up itu boleh dan upeti atau sogok menyogok adalah wajar, siapakah yang paling punya tanggung jawab?
Di kampung-kampung, banyak orang tua rela menjual sapi dan sebidang tanah untuk “membela” anaknya yang selepas lulus STM mau jadi tentara atau karyawan daripada melakukan hal yang sama tetapi untuk berjualan krupuk atau beras. Mereka rela melepas sejumlah uang untuk “jasa terimakasih” karena anaknya menjadi pegawai negeri (PNS) daripada uang itu untuk kulakan sepatu atau berjualan roti. “Tanpa uang, mana mungkin zaman sekarang? Karena ini sudah lumrah dan wajar di zaman sekarang,” kata mereka.
Dengan demikian, akhirnya bisa disimpulkan bahwa semangat menjadi pengusaha yang tidak tumbuh subur dalam keluarga, masyarakat dan pendidikan, ternyata telah merajut masa depan negeri ini dengan rajutan yang senantiasa mbrundet dan tak bisa diurai. Makanya, ketika ada di antara kita yang mengatakan bahwa menjadi pengusaha adalah bakat, maka menurut saya, perlu dikoreksi ulang argumentasinya.
Setiap kita sudah dibekali untuk hidup mandiri dan bisa menjadi pengusaha yang ulung. Bahkan untuk menjadi seorang hero pun sesungguhnya kita secara fitri sudah dibekali dengan infrastruktur dan potensi yang luar biasa. Setiap kita pasti bisa sukses. Setiap kita berbakat menjadi pengusaha dan pemenang. Dan…. setiap kita berpotensi menjadi pengusaha kaya. Hanya masalahnya, bahwa ketika kita tumbuh, membesar, dan dewasa, maka kenapa ketakutan dan keraguan yang menggelayut setiap waktu, sehingga kita sulit untuk memutuskan menjadi pengusaha? Jadi, kapan Anda siap jadi pengusaha?

Anak Ayam atau Anak Elang

Seorang petani menemukan telur elang dan menempatkannya bersama telur
ayam yang sedang dierami induknya. Setelah menetas, elang itu hidup
dan berperilaku persis seperti anak ayam, karena mengira dirinya
memang anak ayam.
Pada suatu hari, ia melihat seekor elang yang dengan gagah terbang
mengarungi angkasa. “Wow, luar biasa! Siapakah itu?”, katanya penuh
kekaguman. “Itulah elang, raja segala burung!” sahut ayam di
sekitarnya. “Kalau saja kita bisa terbang ya? Luar biasa!” Para ayam
menjawab, “Ah, jangan mimpi! Dia makhluk angkasa, sedang kita hanya
makhluk bumi. Kita hanya ayam!” Demikianlah, elang itu makan, minum,
menjalani hidup dan akhirnya mati sebagai seekor ayam.
Langkah pertama untuk memulai perubahan adalah menyadari bahwa
perubahan itu ada di tangan kita sendiri. Nasib sepenuhnya ada di
tangan kita. Dalam agama dikatakan, “Tuhan tidak akan mengubah nasib
suatu kaum kalau kaum itu tidak merubahnya sendiri.
” Maka untuk bisa
berubah kita harus bergantung pada diri kita sendiri.
Benar bahwa kita tak dapat memilih lingkungan kita, tapi kita selalu
bisa memilih respon, kita selalu mampu memilih tindakan kita. Memang
ada hal-hal di dunia ini yang berada di luar kekuasaan kita. Kita tak
bisa menentukan siapa orang tua kita, jenis kelamin kita, tempat kita
dilahirkan, cara kita dibesarkan, bakat yang kita miliki dan
sebagainya.

 Bald Eagle in Flight

 Kesadaran bahwa nasib ada di tangan kita sendiri akan memberikan
dampak yang signifikan dalam hidup kita. Kita punya kemampuan
menentukan apa yang akan kita perbuat. Kita punya kemampuan penuh
untuk menentukan skenario hidup kita. Akan jadi apakah kita 10, 20,
atau 30 tahun lagi. Benar, akan ada pengaruh dari luar. Tapi Anda
hanya dipengaruhi dan bukan ditentukan!
Sikap inilah yang disebut sebagai bertanggung jawab, responsibility,
yang berasal dari kata response + ability, yaitu kemampuan untuk
melakukan respon terhadap situasi apapun.
Respon adalah hasil
keputusan kita sendiri, bukan ditentukan oleh situasi yang kita
hadapi.
Kesadaran semacam itu akan membuka mata kita bahwa kita bisa menjadi
apapun yang kita mau. Gunakan daya imajinasi Anda dan bayangkan diri
Anda 10 tahun lagi. Ingin jadi apakah Anda? Dalami diri Anda dan
kenalilah bakat-bakat dan potensi Anda yang terdalam. Bakat-bakat ini
boleh jadi telah terkubur oleh situasi dan kondisi, padahal kalau
dimunculkan Anda akan mengalami perubahan hidup yang dahsyat. Di
dunia ini tak ada yang tak mungkin. Kitalah yang sering “menggembok”
diri kita dengan berbagai label yang diciptakan lingkungan maupun
diri kita sendiri.
Dengan melakukan hal tersebut Anda akan menemukan sesuatu yang
menggairahkan. Dan siapa tahu, Andapun bisa terbang setinggi elang di
angkasa!


Membentuk Tujuan

Pernah tahu kan bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di bumi yang tentunya punya ‘misi khusus’ yang membuatnya berbeda dari manusia lainnya. Nah, kali ini, kita simak cara membentuk tujuan dari ‘misi khusus’ itu:
Kita yang muda muda ini sering berjuang dengan proses yang menggerutu, menyakitkan. mungkin disebut proses “manja/zona nyaman” yang masih melingkar di diri, kondisi yang paling sulit untuk kita hadapi.
Di lain pihak Born from pain adalah kasta paling tinggi dari kesuksesan, bila anda terlahir kaya dan kembali menjadi kaya itu sangat biasa saja, bila anda terlahir dari keluarga miskin dan dewasa menjadi seorang pria mapan? itu baru jempol.
PROSES
Hasil yang baik, membutuhkan proses yang baik, bibit yang baik memerlukan tanah yang baik, pupuk yang tepat dan jumlah kandungan air yang cukup  dan proses yang membentuk membutuhkan faktor faktor penentu. memilih lingkungan dan sahabat dekat dan zona yang benar adalah proses yang sangat penting. bagaimanapun kita pasti terpengaruh dengan lingkungan. mau -bagaimana-pun.
KEPERCAYAAN DIRI
satu hal yang mungkin kurang kita miliki adalah rasa kepercayaan diri, kita tau kita benar, kita tau kita bisa tapi masih tetap kita berdiri pada kepercayaan bahwa batasan batasan tertentu yang menciptkan kita tidak bisa.
seberapa sering diri sendiri dicekokin obat pahit yang bernama ketidak percayaan diri.
TUJUAN
begini, pada dasarnya teori kreatif dan kepercayaan diri dibangun oleh inovasi dan konsistensi, konsisten untuk melahirkan dan mempelajari hal hal baru dalam jangka waktu tertentu.
kita dianugerahi hidup yang penuh pilihan yang sayangnya seringkali tidak terjawab oleh diri sendiri.
Start As Soon As You Can
memulai secepatnya, tidak perduli, seberapa jauh kita berbeda dengan harapan harapan, berjuanglah untuk itu, mengambil resiko akan mendewasakan diri dalam bertindak,
Take the highest Risk on your Decision
mengambil resiko itu menyenangkan bisa memaksa diri untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
sampai akhirnya batin kita bisa percaya selalu ada jalan keluar yang tersembunyi di balik niat niat baik.
dan yang diperlukan adalah percaya, teguh, kokoh dan yakin bahwasanya kita punya Tujuan Hidup yang lebih dari sekedar Hidup!
Punya mimpi? percayalah, berusahalah dan berdoalah…

Jadilah seperti kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan
mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana
menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya
setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air
dan menaruhnya di atas api.
Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam
panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci
terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam
dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang
ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.
Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan
meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”
“Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak.
Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia
melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu
memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia
mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika
mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si Anak bertanya,
“Apa arti semua ini, Ayah?”
Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama,
melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang
berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah
direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah.
Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah
direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik.
Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.
“Kamu termasuk yang mana?, ” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu,
bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana
dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan
adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan
kehilangan kekuatanmu.”
“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa
yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau
pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama,
tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?”
“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang
menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100
derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin
nikmat.”

Sabtu, 21 April 2012

Jaringan Otak Mirip Internet atau Piramida?

Otak telah dipetakan hingga bagian yang terkecil, tapi masih saja tak seorang pun mengetahui bagaimana semua bagian berkomunikasi satu dengan lainnya.

 


Sebuah penelitian di Proceedings of the National Academy of Sciences mengambil langkah besar dalam mengungkap jaringan otak dengan meneliti bagian kecil otak tikus seperti yang dilansir oleh ScienceDaily.

Jaringan koneksi otak sebelumnya dikira terlalu rumit untuk digambarkan, tapi biologi molekular dan metode komputasi telah berkembang ke titik di mana National Institutes of Health mengumumkan sebuah rencana bernilai 30 juta dolar untuk memetakan "connectome" manusia.

Studi tersebut menunjukkan kekuatan metode baru untuk melacak sirkuit otak.

Ahli neurologi USC College Richard H. Thompson dan Larry W. Swanson menggunakan metode tersebut untuk melacak sirkuit yang berhubungan dengan kenikmatan makanan.

Sirkuit itu muncul sebagai pola-pola lingkaran putaran yang mengindikasikan bahwa setidaknya di bagian otak tikus ini, diagram jaringan nampak seperti jaringan terdistribusi.

Para ahli neurologi terbagi antara mereka dengan pandangan tradisional bahwa otak terorganisasi secara hirarki yang kebanyakan bagiannya mensuplai pusat-pusat yang lebih tinggi dari kesadaran, dan mereka yang dengan pandangan lebih baru yaitu bahwa otak merupakan jaringan datar yang mirip internet.


"Kami mulai di satu tempat dan melihat koneksinya. Hal itu membawa kepada suatu rangkaian yang sangat rumit dari putaran dan sirkuit. Itu bukan diagram yang bersifat organisasi. Tak ada atas dan bawah," kata Swanson yang merupakan anggota National Academy of Sciences dan Profesor di Milo Don and Lucille Appleman bagian Sains Biologi di USC College.

Penelitian pelacakan sirkuit otak lainnya saat ini hanya memfokuskan pada sinyal, satu arah, satu lokasi.

"Kita dapat melihat hingga empat hubungan dalam satu sirkuit pada hewan yang sama pada waktu yang sama. Itu merupakan inovasi teknologi kami," kata Swanson.

Model Internet akan menjelaskan kemampuan otak untuk mengatasi lebih banyak kerusakan lokal, kata Swanson.

"Anda dapat melumpuhkan hampir setiap bagian Internet dan bagian lainnya tetap bekerja."

"Biasanya ada jalur alternatif di sepanjang sistem saraf. Sangat sulit untuk mengatakan bahwa setiap bagian secara total sangat penting," kata Swanson.


Bantahan pertama Swanson tentang model distribusi dari otak muncul dalam bukunya Brain Architecture: Understanding the Basic Plan (Oxford University Press, 2003).

Penelitian PNAS nampaknya mendukung pandangannya.

"Ada model alternatif. Itu belum dibuktikan, tapi mari kita pikirkan kembali cara tradisional tentang bagaimana otak bekerja," katanya.

"Bagian korteks otak yang anda pikir sangat penting bukanlah satu-satunya bagian saraf yang menentukan tingkah laku kita."

Penelitian yang dijelaskan dalam studi PNAS didukung oleh National Institute of Neurological Disorders and Stroke di National Institutes of Health.

source : (http://sainspop.blogspot.com/2010/08/jaringan-otak-mirip-internet-atau.html)

Es Perlambat Penyembuhan Cedera

Menaruh es pada bagian yang cedera misalnya pergelangan yang terkilir bisa memperlambat penyembuhan, menurut penelitian baru.

 











Selama bertahun-tahun orang diajarkan untuk mendinginkan memar atau otot yang terkilir untuk mengurangi pembengkakan, akan tetapi untuk pertama kalinya para peneliti sekarang telah menemukan bahwa hal tersebut dapat memperlambat penyembuhan karena mencegah pelepasan hormon kunci perbaikan.

Penemuan ini mengesampingkan kearifan konvensional yang mengatakan bahwa pembengkakan mesti dikontrol untuk mendorong penyembuhan dan mencegah rasa sakit.

Hal ini bisa juga mengarahkan kepada terapi-terapi baru bagi cedera-cedera otot yang menyebabkan peradangan.

Penelitian tersebut yang dipublikasikan di jurnal Biologi Eksperimental the Federation of American Societies menunjukkan bahwa peradangan otot setelah cedera akut sangat penting bagi perbaikan.

Profesor Lan Zhou beserta para koleganya di Pusat Penelitian Neuroinflamasi di Klinik Cleveland yang berlokasi di Ohio menemukan bahwa sel-sel yang meradang menghasilkan tingkat tinggi hormon yang disebut insulin-like growth factor-1 (IGF-1) yang secara signifikan meningkatkan rasio regenerasi otot. Demikian sebagaimana yang dikutip dari Telegraph, Selasa (26/10/2010).

Dalam studi tersebut, para peneliti mempelajari dua kelompok tikus. Kelompok pertama secara genetik direkayasa agar mereka tidak dapat membentuk respons peradangan ke bagian yang cedera. Kelompok yang kedua ada dalam kondisi normal.

Semua tikus kemudian disuntik dengan barium klorida untuk menyebabkan cedera otot.

Kelompok tikus pertama tidak sembuh, tapi tubuh tikus-tikus kelompok kedua memperbaiki cedera tersebut.

Ketika mereka mempelajari jaringan otot, mereka melihat bahwa tikus yang sehat menghasilkan IGF-1 dengan tingkat tinggi dalam jaringan yang meradang.

Prof Zhou mengatakan: "Kami berharap bahwa penemuan kami mendorong penelitian lanjut untuk membedah fungsi berbeda yang diperankan oleh peradangan jaringan dalam latar klinis, agar kita bisa menggunakan pengaruh positifnya dan mengontrol pengaruh negatif peradangan jaringan."

Penemuan ini bisa mengubah seberapa banyak pengawasan terhadap pasien diperlukan ketika obat-obatan keras anti peradangan diberikan dalam waktu yang lama.

Gerald Weissmann yang merupakan editor jurnal Biologi Eksperimental mengatakan: "Agar cedera bisa sembuh, kita perlu peradangan terkontrol, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Studi ini melewati jalan yang panjang untuk memberitahukan kita mengapa insulin-like growth factor serta material-material lainnya yang dilepaskan oleh sel-sel yang meradang bisa membantu cedera mencapai kesembuhan."

http://www.fasebj.org/cgi/content/abstract/fj.10-171579v1